Alasan Penerapan MPMBS
maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah.
lingkungan yang berubah dengan cepat.
birokrasi diatasnya.
LATAR BELAKANG
Siswa sangat sulit memahami bagian-bagian bumi hanya menggunakan gambar
ALAT DAN BAHAN
CARA PEMBUATAN
CARA PENGGUNAAN
Dengan menggunakan model Menjelaskan bahwa bagian-bagian bumi adalah warna hitam adalah kerak bumi,merah adalah selubung atau mantel,orange adalah inti luar bumi,kuning merupakan inti bumi
LATAR BELAKANG
Siswa kurang dalam memahami letak puluhan dan satuan
ALAT DAN BAHAN
CARA PEMBUATAN
CARA PENGGUNAAN
Dua siswa maju ke depan, kemudian guru memberikan sedotan kepada kedua siswa tersebut, sehingga kedua siswa tersebut masing-masing memegang sedotan, tetapi dengan jumlah sedotan yang berbeda, Siswa yang pertama memegang sedotan yang berjumlah sepuluh ( nantinya untuk puluhan ) dan siswa satunya memegang sedotan yang berjumlah sembilan ( nantinya untuk satuan ).
Selanjutnya, secara bergantian siswa menghitung sedotan yang dibawa, Siswa yang pertama kemudian menghitung sedotan yang dibawanya, dan jumlahnya sepuluh. Kemudian sepuluh sedotan tadi di ikat menjadi satu. Selanjutnya guru menjelaskan bahwa 1 ikatan sedotan yang jumlahnya sepuluh dan yang sudah diikat disebut satu puluhan.
Siswa yang kedua selanjutnya menghitung sedotan yang dia bawa, jumlahnya sembilan. Disini guru kemudian menjelaskan jika sedotan tersebut tidak diikat, masih dalam bentuk eceran disebut satuan.
LATAR BELAKANG :
Untuk membuktikan bahwa suara bisa merambat
ALAT DAN BAHAN :
CARA PEMBUATAN
CARA PENGGUNAAN :
Dua siswa diminta untuk maju salah satu siwa berbicara melalui kaleng dan yang lain mendengarkan (Gambar 2)Satuan Panjang
Naik-naik tangga ukuran
hati-hati sekali 2X
Mili,centi,Desi dan meterdeka,hekto dan kilo,oooo 2X
kalau naik bagi sepuluh
turun kali sepuluh 2X
Mili,centi,Desi dan meterdeka,hekto dan kilo,oooo 2X
Dasar Hukum
Jika salah satu tidak terpenuhi maka tidak berhak di Inpassing
Lain-lain:
Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.
Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar. Sumber,........
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma", maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : "dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup".